

Di era digital seperti sekarang ini, budaya santun mulai pudar ditengah-tengah maraknya berbagai macam kasus pelecehan seksual, kekerasan fisik maupun verbal di lingkungan sekolah. Pelecehan seksual yang dialami siswa perempuan oleh siswa laki-laki seringkali bermula dari hal-hal yang sepele, berawal dari bercanda yang terlewat batas sampai dengan berani memegang area terlarang. Ini tidak bisa didiamkan begitu saja, harus ada sanksi dan tindak tegas dari pihak sekolah. Tidak hanya cukup diberikan nasihat, tetapi hatinyapun ditampar lebih keras lagi agar tersadar apa yang dilakukan siswa tersebut adalah sebuah kesalahan. Kekerasan fisik dan verbal pun acapkali terjadi di sekolah dikarenakan siswa belum mampu menahan emosi, rasa empati yang kurang terhadap sesama. Ini hal yang menjadi salah satu pemicu terjadinya kekerasan fisik maupun verba di sekolah. Tindakan yang semacam ini harus dihindari, mengingat sekolah merupakan tempat untuk belajar bukan ajang untuk adu fisik maupun adu mulut. Peran guru dalam hal ini sangat penting karena sebagai pengajar, guru menjadi pendidik. Mendidik putra-putri bangsa yang bermoral, bertanggung jawab, tangguh, berwawasan luas, serta berkarakter unggul.
Kasus kekerasan yang terjadi empat bulan yang lalu di sebuah SMK Negeri di Jember, sampai menghilangkan nyawa korban. Korban meninggal setelah pingsan akibat ditendang oleh teman satu sekolahnya. Pemicu kekerasan tersebut adalah asmara, pelaku tidak terima atau istilahnya cemburu ketika kekasihnya dichat oleh korban dengan kata-kata yang tidak mengenakkan. Satu lagi kisah pelajar yang tewas di Sidoarjo akibat penganiayaan yang dilakukan oleh teman seasramanya. Permasalahan dipicu karena korban yang kedapatan mencuri uang di asrama dan tidak mengaku. Lambatnya respon dari pihak asrama, membuat ketiga pelajar kesal dan mengajak korban untuk mengobrol lalu terjadilah kekerasan fisik tersebut.
Gambaran-gambaran tindak kekerasan yang terjadi di sebuah lembaga pendidikan seringkali terjadi karena kurangnya kontrol dari pihak sekolah, kurangnya interaksi siswa dan guru, kurang akrabnya siswa junior dan yunior dan iklim akademik di sekolah tidak mendukung. Mengutip Zakariah (dalam Sobandi,2015) mengungkapkan bahwa iklim sekolah dipandang penting karena mempengaruhi pengajaran dan pembelajaran, sikap dan moral, kesehatan mental warga sekolah, produktivitas, perasaan mempercayai dan memahami, dan pembaharuan dan perubahan. Oleh karena itu kita sebagai ujung tombak pendidikan, hendaknya lebih memperhatikan siswa kita, membina, membekali, menanamkan nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat. Itu adalah salah satu bentuk upaya menyelamatkan generasi kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan bersama.
Bercermin dari kasus-kasus yang telah terjadi di lingkungan sekolah, SMK DARUT TAQWA berupaya menggiatkan program “Ahlan Wa Sahlan”. Ahlan Wa Sahlan dalam bahasa arab bermakna selamat datang. Program penyambutan siswa di pagi hari ini mulai diberlakukan tahun ajaran baru 2022/2023. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap hormat dan santun para siswa pada guru, sikap hangat guru terhadap siswa, membangun kedekatan emosional guru terhadap siswa. Melalui program ini guru dapat mendeteksi lebih dini kondisi awal dari sikap siswa ketika berangkat ke sekolah, dari sikap yang ditunjukkan siswa guru dapat membaca motivasi siswanya yang datang ke sekolah. Memberikan pertolongan lebih cepat ketika melihat perubahan sikap maupun perilaku siswa yang tidak sewajarnya. Selain itu, budaya penyambutan siswa di pagi hari melatih siswa untuk belajar disiplin agar nantinya ketika terjun ke dunia luar siswa sudah terbiasa dengan disiplin. Dikatakan disiplin adalah ketika siswa datang tidak terlambat ke sekolah, taat dengan aturan yang ada di sekolah serta berperilaku sesuai norma yang berlaku. Apabila sikap disiplin sudah tercipta, dampak dari sikap tersebut akan nampak pada ketika mereka menerima pelajaran. Akan semakin mudah mereka menerima nilai-nilai kebaikan yang bapak/ibu guru tanamkan. Akan semakin minim mereka melakukan tindakan-tindakan yang ke arah pelecehan, kekerasan fisik maupun verba. Sikap disiplin penting dipupuk sejak dini karena dari sikap inilah kita mampu untuk mengendalikan emosi, pikiran dan perilaku.
Program Ahlan Wa Sahlan adalah program untuk siswa dan guru, untuk membangun kedekatan emosional siswa dengan guru, guru dengan teman sejawat. Program ini adalah refleksi diri guna membentuk dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondisif, nyaman dan tentram dibangun dari keharmonisan hubungan antarguru. Bagaimana cara membangun keharmonisan tersebut, salah satunya adalah dengan komunikasi yang baik. Komunikasi sangat penting dilakukan agar tidak tercipta miskomunikasi, meminimalisir kesalahpahaman yang terjadi, mengurangi kecurigaan-kecurigaan yang dapat menimbulkan perpecahan. Kedua adalah menghargai keberagaman. Pendidik memiliki karakter yang bebeda-berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dengan keberagaman yang ada maka hendaknya kita saling mengisi, saling merapatkan barisan, saling berpegangan tangan karena pada dasarnya kita memiliki misi yang sama. Menumbuhkan nilai-nilai islam sebagai Way of Life siswa SMK Darut Taqwa.
Kebijakan baru Program Ahlan Wa Sahlan dari SMK Darut Taqwa mulai dirasakan manfaatnya. Banyak perubahan perilaku siswa yang mencerminkan kesantunan, kedisiplinan, kepekaan terhadap lingkungan belajar. Sikap hormat terhadap guru dan menghargai perbedaan antarsiswa. Dari program tersebut perselisihan kecil yang seringkali mencetuskan kekerasan baik fisik, maupun verba mulai berkurang, yang tercipta adalah kehangatan antarsiswa dan antarguru. Benang merah pun mulai terajut kembali melalui program Ahlan Wa Sahlan. Semoga kebijakan ini akan melahirkan kebijakan-kebijakan baru yang mencetak siswa yang berkarakter Indonesia dan membangun karakter kearifan lokal.







