BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu mekanisme dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan manusia. Pendidikan adalah suatu investasi terhadap sumber daya manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia, terlebih lagi dalam pengembangan ekonomi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui keunggulan baik dalam kemampuan akademik dan penguasaan teknologi serta sikap mental sehingga dapat menjadi manusiayang handal pada bidangnya.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadimanusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknyapribadi manusia menurutukuran normatif. Menyadariakan hal tersebut,pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistempendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerusbangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagaipengajar guru bertugasmenuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

Mengajar maupun mendidikmerupakan tugas dan tanggung jawabguru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.Guru memegang peranansentral dalam proses belajar mengajar,untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolahsangat ditentukan oleh kemampuanyang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sumber kegiatan belajarmengajar. Lebih lanjutdinyatakan bahwa guru merupakan komponenyang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu perlu kiranya ditanamkan sikap positifguru terhadap pekerjaannya.

Namun sayangnya guru pada saat ini hanya bertugas mengajar saja, dia tidak peduli dengan keberhasilan siswa, dan terlebih lagi, guru mengajar tidak menggunakan metode yang variatif, hanya menggunakan metode ceramah yang kemudian ditambah dengan penyampaian guru dalam proses pembelajaran yang monoton dan menempatkan siswa hanya sebagai pendengar, sehingga membuat siswa menjadi malas belajar dan tidak bersemangat, siswa merasa bosan kerena hanya mendengarkan ceramah saja. Pencapaian nilai yang maksimal tentu sangat diinginkan siswa, guru maupun orangtua siswa, karena dalam proses pembelajaran, keberhasilan juga sangat penting.

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajardimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang, atau perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melaluipengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru[1]

Belajar merupakan proses untuk mendapatkan suatu ilmu agar seseorang bisa berubah menjadi lebih baik, dalam hal ini pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), apabila perubahan itu tidak didapat maka tidak tercapai hasil belajar yang maksimal. Sehinggasiswa benar-benar jenuh dan bosan dalam menerima materi Pendidikan Agama Islam (PAI), karena proses belajar di sekolah tidak jauh beda dengan mendengarkan ceramahdi luar sekolah dan siswa beranggapan semuanya sama dan tidak ada yang baru serta akan menimbulkan penurunanminat siswa terhadappelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), bahkan bisa mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Maka dari itu, guru harus mengubah pikirannya tentang mengajar adalah hanya sebuah kewajiban, ketika dia sudah mengajarmaka selesailah tugasnya,tidak lagi sepertiitu. Melainkan seorang guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan serta dapat melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar,sehingga siswa menjadiaktif dalam proses pembelajaran dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar, tidak lagi bosan dengan proses pembelajaran, dan tidak hanya menghafal pelajaran, tetapi juga dapat memahami langsung pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Dalam pembelajaran, khususnyapembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), strategi, metode,dan teknikpun sangat diperlukan. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatansiswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinyamerupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran[2]

Sekolah sebagai lembagapendidikan formal, mempunyaiperan besar dalam membangun generasimuda yang mengakui keragam  an sekaligusmemperkuat rasa persatuandan kesatuan dari suatu bangsa.Pelaksanaan Pendidikan AgamaIslam yang berlangsung di sekolah maupun madrasahdinilai masih banyak kelemahannya, hal ini dapat dirasakan dari dekadensi moral dan pemahaman yang hanya berkisar pada teori saja. Pendidikan Agama Islam masih belum mampu mencegah peserta didik berperilaku buruk seperti tawuran, konflik SARA, kurangnya toleransi dan penghargaan atau menghormati terhadap orang lain.

PAI berbasis multikultural merupakan upaya untuk memperbaiki berbagai permasalahan pendidikan yang dihadapi,khususnya yang berkaitan dengan keberagaman yang ada. Dikatakan demikian, karena PAI   berbasis multikultural diharapkan mampu dalam memberikan solusi agar terjadi rasa saling menghormati, menghargai, toleransi, dan meningkatkan kebersamaan tanpa mengusik keyakinanmasing-masing. Selain itu, implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan mampu melahirkan lulusan Yang memiliki jiwa spiritual keagamaan dengan tanpa ada jiwa radikal maupun ekstrimisme.

Hakikat pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis multikultral adalah agar pesertadidik yang beragamaIslam saat berinteraksi atau bersinggungan langsungdengan teman-temannya atau dengan siapa saja tidak menyinggung agama selain Islam serta dapat menghargai pendapat yang berbeda. Jika siswa-siswi tidak dibekali dengan  pembelajaranPAI berbasis multikultural, dikhawatirkan terjadi konflikinternal dari setiap peserta didiknya maupun eksternal dari luar lingkungan sekolah. Selain itu, kedepannya ketika para siswa tersebut sudah lulus sekolah dan terjun dimasyarakat, maka diharapkan sifat toleransi sudah tertanam dalam diri mereka masing-masing. Kelemahan-kelemahan Pendidikan Agama Islam di sekolah antara lain sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton yang berdampak pada peserta didik akan merasa jenuh, bosan dan tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran, 2) pendekatan masih normatif, dalam arti Pendidikan Agama Islam yang menyajikan norma-norma seringkali tidak memberikan ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagainilai yang hidupdalam keseharian, 3) kurikulum yang dirancang di sekolah lebih menawarkan minimumkompetensi atau informasi, akibatnya kurikulum tidak tumbuh dan bervariasi, 4) keterbatasan sarana prasarana termasuk di dalamnya bahan ajar, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya.

Pendidikan Agama Islam yang diklaim sebagai aspek yang paling penting sering kali kurang diberi prioritas dalam urusan fasilitas. Keadaan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PAI di sekolah. Salah satunya terjadi di SMP Bhinneka Tunggal Ika. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran PAI diperoleh kenyataanbahwa   permasalahan yang seringkali dijumpaidalam pembelajaran PAI adalah bagaimana menyampaikan materi kepada siswa secara baik, menarik, dan tidak monoton. Kurangnya respon siswa ketika proses pembelajaran membuat suasana pembelajaran kurang menyenangkan sehinggamembuat siswa kurang berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.3

 Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar adalah dengan metode pembelajaran bermain peran (role playing). Metode pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan bermain peran, maka siswa dapat langsungmemahami tentang materi yang disampaikan, karena siswa yang memainkan langsung perannya dalam materi tersebut, untuk metode role playing siswa harus berlatih peran terlebih dahulu dalam beberapahari sebelum dipentaskan. Dan siswa juga diberi andil untuk mengoreksi dan menambah skenario yang telah dibuat oleh guru.

Hal ini tidak hanya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, tetapi juga membuat siswa lebih kritis, dan juga dapat membangun suasanabelajar menjadi menyenangkan, karena sesekali diselingijuga oleh gelak tawa dari peserta didik. Untuk aktifnya pembelajaran, siswalah yang seharusnya berperan aktif dalam belajar. Seharusnya sikap guru hanya mendengar siswa, menghargai kerja keras siswa, dan mengembangkan rasa percaya diri siswa, serta mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang mereka miliki sehingga mereka berani mengekspresikan pendapatnya. Namun kenyataannya di lapangan menunjukkan lain, aktivitas siswa di kelas masih pasif karena proses pembelajaran yang dilakukanhanya pemberian informasidari guru ke siswa, yaitu guru menggunakan metode ceramah.

Berdasarkan dari permasalahan di atas tersebut, maka dalam penelitian ini penulismengajukan judul โ€œPenerapan Strategi Role Playing Dalam Membangun Budaya Toleransi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Bhinneka Tunggal Ika Sengon Agung Puewosari Pasuruanโ€.

B.     Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalahpokok penelitian tersebut bisa dirumuskan yaitu:

1.    Bagaimana penerapanmetode Role Playing dalam pembelajaran          Pendidikan Agama Islam di SMP Bhinneka Tunggal Ika?

2.    Bagaimana peranan metode Role Playing dalam Dalam Membangun Budaya Toleransi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Bhinneka Tunggal Ika?

C.    Tujuan Penelitian

1.    Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapanmetode Role Playing dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Bhinneka Tunggal Ika

2.    Untuk mengetahui peranan metode Role Playing dalam Dalam Membangun Budaya Toleransi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Bhinneka Tunggal Ika

D.    Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukanagar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaatpenelitian tersebut adalah:

1.    Kegunaan Teoritis

a.    Bagi penulis, untuk dapat menambahpengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selamamenjalani perkuliahan.

b.    Bagi Para Akademisi, dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran Role Playingdalam proses pembelajaran, guna meningkatkan kualitaspembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi para siswa.

c.    Bagi Para Peneliti lebih lanjut, sebagai referensi dalam penerapan metode pembelajaran Role Playing sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa

2.    Kegunaan Praktis

a.    Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalammetode pembelajaran sekolah,sehingga proses serta hasil kegiatanbelajar mengajar optimal

b.    Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah satunya adalah metode pembelajaran Role Playing, agar proses belajarmengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan

c.    Bagi Siswa, di harapakan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki, dan juga dapat meningkatkan minat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan.


 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    ImplementasiMetode Role Playing

1.      Pengertian Metode Role Playing

Dalam pembelajaran PAI, hafalan memang diperlukan tetapi tidak sepenuhnya, sebab dalam pembelajaran PAI membutuhkan pemahaman siswa. Konsep-konsep dalam PAI harus dipahamisatu persatu agar siswa mampu mencerna dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu perlu diterapkan suatumetode, berikut macam-macam metode menurut para ahli:

Menurut Senn yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyailangkah-langkah yang sistematis.[3]

Menurut Wina Sanjaya, metode adalah upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[4]

Sedangkan menurut Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[5]

Dari pengertian metode yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara atau alat yang digunakan seorang guru untuk memudahkan siswanya dalam memahami pelajarannya.

Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajarmengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasisituasi yang sedangterjadi. Secara umum bermain seringdikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana senang. Dengan bermain anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri yaitu tentang kelebihanyang dimilikinya, sehinggadapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi.

Role playing adalah sebuah permainan dalam sebuah cerita dengan tujuan atau cerita yang jelas sedangkan dalam dunia pendidikan, Role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.[6]

Sedangkan menurut Martinis Yamin role playing atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi.[7]

Adapun menurut Wina Sanjaya role playingadalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwasejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadianyang mungkin akan muncul pada masa mendatang.[8]

Jadi kesimpulannya, role Playing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana peserta didik menjadi aktif dalam memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya role playingatau bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu peserta didik untuk belajar.Melalui kegiatan bermainperan, anak berusahauntuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan disekitarnya.

Metode role playing cocok digunakan pada:

a.       Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwayang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis, seperti mata pelajaransejarah.

b.      Serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau,sehingga sangat cocok jika memakai metode role playing.

c.       Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifatpsiologis, karena berhubungan langsung dengan kondisi fisik masing-masing siswa tersebut.

Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.[9]

Metode Role playing membantu siswa maupun guru dalam memberikan pemahaman yang umumnyasulit dicerna/dipahami oleh siswa, seperti mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah umumnya menerangkan peristiwa-peristiwa atau cerita yang terjadi pada masa lampau, dan biasanya siswa malas sekali membacacerita yang begitu banyak dan panjang, jadi melalui metode ini, siswa dapat memahami maksud dan tujuan dari cerita tersebut. Selain itu dapat membantu siswa dalam bergaul dengan siswa yang lainnya.

Gambar 2.1. Gambar Role Playing[10]

2.      Tujuan Role Playing

Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:

a.       Menggali perasaannya.

b.      Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya.

c.       Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah.

d.      Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun kemasyarakat kelak karena siswa akan mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti

e.       dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja.[11]

f.       Mengajarkan siswa untuk berempati dengan kasus yang akan dibahas dalam proses pembelajaran dikelas.[12]

Selain itu, menurut Hamzah B. Uno, tujuan dari role playing adalah untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) didunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbedadan memikirkan prilaku dirinyadan orang lain.[13]

Dalam role playing, siswa dapat menggali perasaannya sendiri untuk mendapatkan pemahamannya terhadap materi/mata pelajaran yang sulit bagi dirinya. Selain itu, dapat mengembangkan imajinasinya dan untuk menghilangkan kebosanan siswa selama belajarserta mendapatkan banyak manfaat yang diperolehnya kelak dilingkungan sekitarnya.

Tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut:

1)       Belajar dengan berbuat

2)       Belajar melalui peniruan

3)       Belajar melalui balikan, para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan.

4)       Belajar melalui penilaian.[14]

Metode role playing mengajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilannya dalam bermainperan, siswa dituntutuntuk menirukan gaya seperti seorang aktor ataupun aktris, selain memainkan peran, para siswa lainnya diajarkan untuk menanggapi serta menilai para pemain yang sedang memainkan perannya, jika terjadi kesalahanmaka akan diadakanperbaikan keterampilan bermainperan berikutnya.

3.      Keunggulan dan Kelemahan Role Playing

Dengan teknik ini, siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, bagi siswa dengan bermain peran seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggangrasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama makhluknya. Juga penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.[15]

Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman, keunggulanmetode bermain peran adalah:

a.       Siswa terlatih untuk dapat mendramatisasikan sesuatu dan juga melatih keberanian mereka.

b.      Kelas akan menjadi lebih hidup karena menarik perhatian para siswa

c.       Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa, sehingga mudah mengambil suatu kesimpulan berdasarkan penghayatan

d.      Siswa dilatih dalammenyusun buah pikiransecara teratur.

Keunggulan-keunggulan yang lain dari metode role playing adalah:

a.       Siswa melatih dirinyauntuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan diperankan

b.      Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

c.       Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk, sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah

d.      Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik- baiknya.

e.       Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan berbagi tanggung jawab dengan sesama.

f.       Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik, agar mudahdipahami orang lain.[16]

Adapun kelemahanmetode ini adalah:

a.       Banyak menyita waktu atau jam pelajaran

b.      Memerlukan persiapan yang teliti dan matang

c.       Kadang-kadang siswa keberatan untuk melakukan peran yang diberikan karena alasan psikologis, seperti: malu, atau peran yang diberikan kurang cocok dengan minatnya.

d.      Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil kesimpulan.[17]

Sedangkan menurut Djamarah, kelemahan dari metoderole playing adalah:

a.       Sebagian besar anak yang tidak ikut bermainperan, mereka menjadikurang kreatif

b.      Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam memahami mata pelajaran, maupun pada pelaksanaan pertunjukan

c.       Memerlukan tempat yang cukup luas.

d.      Kelas lain menjadi terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang tertawa atupun bertepuk tangan.[18]

Adapun kesimpulannya dari keunggulan role playing adalah metode role playing dapat menarik perhatian siswa, karena siswa berperan seperti orang lain, sehingga dia dapat merasakan perasaan orang lain tersebut, selain itu dapatjuga melatih siswa dalam berpikir dan bertindak kreatif. Sedangkan kelemahannya yaitu terbatasnya alat-alat yang diperlukan siswa dalam bermain peran, seperti kostum ataupun alat-alat lainnya, juga memerlukan waktu yang lebih lama, selain itu juga siswa yang ditunjuk untuk memainkan sebuah peran dan dijadikan pemain, kebanyakan dari mereka merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu, Apabilapelaksanaan role playing mengalami kegagalan, itu berartitujuan pengajaran tidak tercapai.

Adapun cara mengatasi kelemahan metode role playing ini adalah:

1.      Usahakan untuk memainkan drama dengan serius, dan dengan kelompok yang sudah terpilih, jadi tidak semua siswa bisa memainkan drama tersebut, tetapi hanya kelompok terpilih saja, agar mempunyai waktu yang cukup panjang untuk bisa memainkan drama tersebut.

2.      Ada baiknya guru beserta siswa bekerjasama dalam hal mempersiapkan alat- alat yang akan dibutuhkan untuk memainkan drama.

3.      Usahakan agar siswa fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, atau tidak ada siswa yang bercanda ataupunmengobrol dengan teman sebangkunya, karena hal ini bisa mengakibatkan siswa tidak bisa mengambil kesimpulan, jadi ajaklah siswa untuk menikmati adegan tiap adegan yang dimainakan oleh temannya yang sedang memainkan peran/memainkan drama tersebut.

4.      Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran/Role Playing

Adapun langkah-langkah metodebermain peran terdiridari sembilan langkah, yaitu:

a.       Pemanasan

b.      Memilih partisipan

c.       Menyiapkan pengamat

d.      Menata panggung

e.       Memainkan peran (manggung)

f.       Diskusi dan evaluasi

g.      Memainkan peran ulang (manggung ulang)

h.      Diskusi dan evaluasi kedua

i.        Kesimpulan[19]

Langkah pertama, pemanasan. Guru menyiapkan sebuah cerita yang akan ditampilkan nanti, atau membacanya didepan kelas yang kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan kepada siswa untuk berfikir tentangakhir dari cerita tersebut.

Langkah kedua,memilih partisipan. Guru memilih beberapasiswa untuk dijadikankelompok, masing-masing kelompokterdiri dari 5-6 orang, tergantung dari jumlah kelas tersebut.

Langkah ketiga,menata panggung. Dalam hal ini, guru berdiskusi dengan siswa tentang penataan panggung, serta apa saja yang dibutuhkan, seperti : kostum, assesoris, dan alat-alat lainnya.

Langkah keempat, memainkan peran. Sebelumperan dimulai, guru menyuruh tiap-tiap kelompok untuk memperhatikan siswa yang sedang bermain peran di kelompoknya, kemudian memberikan selembarkertas pada tiap-tiapkelompok untuk diisi berdasarkan pengamatannya.

Langkah kelima, diskusi dan evaluasi. Pada saat kelompok pertama selesai memainkan peran, maka masing-masing kelompok berdiskusi dan memberikan penilaian serta masukan terhadap drama yang baru saja dilakukan. Begitupun sebaliknya, sampai semua kelompok selesai memainkan drama/peran tersebut.

Langkah keenam, memainkan peran ulang (manggung ulang). Setelah semua kelompok selesai memainkan peran, dan telah dilakukan evaluasi serta penilaiandari masing-masing kelompok,maka diadakan peran ulang atau memainkan peran kedua kalinya, agar diharapkan bisa memainkan peran/drama sesuaidengan yang diharapkan, atau mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah ketujuh, diskusi dan evaluasikedua. Guru dan siswa berdiskusi dan mengevaluasi tentang peran/drama yang dilakukan untuk kedua kalinya.

Langkah kedelapan, kesimpulan. Guru menyuruh tiap-tiap kelompokuntuk mengambil kesimpulan dari tiap-tiap peran/drama yang tadi dilakukan, baru setelah semua siswa selesai, kemudian guru memberikan kesimpulan, kritikan dan saran,dan memberikan penilaian terhadap masing-masing kelompok.

Sedangkan menurut Zurinal Z dan Wahdi Sayuti dalam bukunya yang berjudul ilmu pendidikan pengantardan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan, menerapkan langkah-langkah metode pembelajaran role playingadalah sebagai berikut:

1)       Buatlah permasalahan yang diangkat dari tempat/setting atau kejadian aktual yang berkembang dimasyarakat dengan materi pembelajaran.

2)       Tunjuklah 2 siswa atau lebih untuk memerankan tokoh yang terlibatdalam kejadian tersebut.

3)       Mintalah kepada siswa yang memerankan permainan untuk bertindakseperti yang dilakukan oleh para aktor dengan membuat skenario/dialog.

4)       Mintalah siswa lain untuk mengamatidan mencatat adegan yang sedangberlangsung untuk dijadikan bahan evaluasi.

5)       Mintalah komentar dari para siswa.[20]

Sedangkan menurut Hamzah B Uno, prosedur role playing terdiri atas Sembilan langkah,yaitu:

1)       Pemanasan (warningup)

Guru berupaya memperkenalkan kepada siswa tentang metode role playing

2)       Memilih pemain

Guru membagi siswa kedalam beberapa   kelompok kemudian guru menyiapkan materi yang akan digunakan nanti.

3)       Menyiapkan pengamat(observer)

Guru menunjuk beberapasiswa sebagai pengamatatas peran yang sedang           dilakukan

4)       Menata panggung

Dalam hal ini, guru dan siswa berdiskusi tentang peran yang akan dimainkan,apa saja kebutuhan yang diperlukan saat akan melaksanakan role playing.

5)       Memainkan peran

Pelaksanaan role playingyang dilaksanakan oleh masing-masing kelompoksecara bersungguh-sungguh.

6)       Diskusi dan evaluasi

Guru meminta tiap kelompokuntuk berdiskusi dan mengevaluasi atau memberi pendapat tentang peran yang telah dilakukan.

7)       Memainkan peranulang

Setelahmelakukan diskusi dan evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah memainkan peran ulang, agar peran yang kedua ini bisa berjalan lebih baik, dari pemainan peran yang pertama.

8)       Diskusi dan evaluasi kedua

Seperti pada tahap pertama, diskusi dan evaluasi pada tahap kedua ini, tidak jauh berbeda,yaitu guru memintatiap kelompok untuk berdiskusi dan mengevaluasi peran yang sudah dilaksanakan.

9)       Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Pada tahap ini, siswa diajak untuk berbagi pengalamannya tentang peran yang sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan[21]

Dari uraian diatas, adapun langkah-langkah metode Role playing yang penulisgunakan adalah:

1.      Guru membuat bahan atau permasalahan yang terjadi di sekitar/lingkungan yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2.      Guru menunjuk beberapa orang siswa atau lebih untuk dijadikan kelompok, kemudian masing-masing dari kelompok tersebut membuat skenario/dialog untuk percakapan di dalam role playing.

3.      Melakukan drama atau bermain peran.

4.      Guru menyuruh siswa yang lainnya untuk mengamati jalannya cerita/drama tersebut, untuk dijadikan bahan kritikan dan mengeluarkan pendapat terhadap kelompokyang telah selesai memainkan peran.

5.      Kesimpulan.

B.     Toleransi Beragama

1.    Pengertian Toleransi Beragama

Dalam kamus besar bahasa Indonesiatoleransi berarti bersifatatau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan, (pendapat, pandangan, keperayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.[22]Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggeris yaitu: โ€œtoleranceโ€ berarti sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. BangsaArab menterjemahkan toleransisebagai โ€œtasamuhโ€ berarti saling mengizinkan, salingmemudahkan.[23]

Toleransi (tasamuh) merupakan sikap tenggang rasa terhadap perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Realitas perbedaan dan dampak kehidupan global semakin membutuhkan sikap toleransi atas perbedaan yang ada.[24]Toleransi adalah kemampuan memahami dan menerima adanya perbedaan antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain dan begitupula antara agama yang satu dengan agama yang lain. Dialog dan saling menghargai atau toleransi merupakan kunci dalam upaya membangun kehidupan bersama yang harmonis.[25]

Toleransi juga diartikansebagai sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat dan tindakan orang lain yang berbeda darinya.[26] MenurutKH. Salahuddin Wahid, Toleransi ialah konsep untukmenggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakt yang berbeda secara etnis, bahasa, budaya, politik maupun agama. Karena itu toleransi merupakan konsep mulia yang sepenuhnya menjadibagian organik dari ajaranagama-agama, termasuk Islam.[27]

Menurut Umar Hasyim,toleransi yaitu pemberiankebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau menjalankan hidupnyadan menentukan nasipnyamasing- masing. Selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syatat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.[28]

Dalam Islam, toleransidiistilahkan dengan kata as-Samahah. MenurutSyaikh Salam bin โ€˜Ied al-Hilali, as-Samahah dapat diartikansebagai berikut; Pertama, kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan. Kedua, kelapangan dada karena kebersihan dan ketakwaan. Ketiga, kelemahlembutan karena kemudahan. Keempat, rendah hati dan mudah dalam menjalankan hubungan sosial tanpa penipuan. Kelima, puncak tertinggi budi pekerti.[29]

Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa toleransi sebenarnya tidak bersifat pasif, tetapi dinamis. Sehubungan dengan hal tersebut,al-Qardhawi mengategorikan toleransi dalam tiga tingkatan; Pertama, toleransi dalam bentuk sebatas memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memeluk agama yang diyakininya, tapi tidak memberinya kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diwajibkan atas dirinya. Kedua, memberinya hak untuk memeluk agama yang diyakininya, kemudian tidak memaksanya mengerjakan sesuatu yang dilarangdalam agamanya. Ketiga, tidak mempersempit gerak mereka dalam melalukan hal-halyang menurut agamanyahalal, meskipun hal tersebut diharamkan menurut agama kita.[30]Toleransi beragama pada intinya adalah usahakebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada serta menjadi entry point bagi terwujud nya suasana dialog dan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadikonflik antar umat beragama, toleransiharus menjadi kesadaran kolektif bagi seluruh kelompok masyarakat.

2.    Bentuk-Bentuk Sikap Toleransi

Orang yang toleranbisa menghargai orang lain meskipunberbeda pandangan dan keyakinan dengan nya. Adapun bentuk-bentuk toleransi antara lain:

a.    Berlapang dada dalam menerima semua perbedaan.

b.    Tidak membeda-bedakan (mendiskriminasi) teman yang berbeda keyakinan.

c.    Tidak memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama).

d.   Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika mereka beribadah.

e.    Menghormati orang lain yang sedang beribadah.

f.     Tidak membenci dan menyakiti seseorang yang berbeda keyakinan atau pendapat dengan kita.[31]

Bentuk-bentuk toleransi yang ada tersebut digunakan untuk menjadi acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. Toleransi yang ada di lokasi penelitian mengacupada bentuk-bentuk toleransi yang sudah ada.

3.    Tujuan Toleransi Beragama

Berbagai konflik di masyarakat terjadi,baik secara vertikalmaupun horizontal, yang mengakibatkan jatuhnyakorban jiwa, harta, dan nilai kemanusiaan. Salah satu ragam konflik yang perlu mendapatkan perhatian ada awal Era Reformasiadalah konflik antar umat beragama.Konflik bernuansa agama di Ambon, Poso, Ketapang, Mataram, dan tempat lain seolah merusak citra Indonesia sebagai negara yang selalu menjunjung kebhinekaaan dan menghargai semua pemeluk agama.[32]

Tujuan utama hidup manusia adalah ketentraman dan kebahagiaan batin. Secara sosiologis, kemaslahatan mempunyai kaitan yang erat sekali dengan relasi sosial dan interaksisosial yang terjadi dalam masyarakat. Dalam memelihara keharmonisan hubungan antar sesama makhluk sosial, tuhan menurunkan agama yang mengandung pedomandasar dalam mengaturhubungan antar sesama manusia itu sendiri.[33]

Dalam mewujudkan kemaslahatan umum, agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan pemeluknya, yaitu: hubungansecara vertikal dan hubungan sacara horizontal. Yang pertama adalah hubungan antara ribadi dengan khaliknyayang direalisasikan dalam bentuk ibadahsebagaimana yang telah di gariskan dalam setiap agama. Hubungan kedua adalah hubungan manusia dengan sesamanya. Hubungan ini tidak hanya terbatas pada ligkugan suatu agama saja, akan tetapi juga berlaku pada orang yang tidak seagama,yaitu kerjasama dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam hal seperti inilah berlaku toleransiterhadap pergaulan hidup antar umat beragama.[34]

Pada dasarnya tujuan toleransi adalah untuk menciptakan suasana yang harmonis di dalam masyarakat yang majemuk. Sikap toleransi dapat menciptakan kehiduan yang lebih baik meskipun dalam masyarakat terdiri dari beragam agama, ras, suku, budaya dan golongan. Adapun tujuan toleransi adalah sebagai berikut:

a.    Meningkatkan rasa persaudaraan: Dengan adanya rasa persaudaraan yang tinggi maka masyarakat secara umum akan terhindar dari perpecahan.

b.    Meningkatkan rasa nasionalisme: Dengan menyadari dan menerima bahwa Indonesia merupakannegara yang majemuk maka seseorangakan semakin cinta tanahairnya.

c.    Meningkatkan kekuatan dalam imam: Menghargai dan menghormati agama lain yang berbeda merupakansalah satu bentuk keimanan seseorang. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang mampu bersosialisasi yang baik dengan orang lain yang berbeda budaya dan kepercayaannya adalah orang yang memiliki iman yang kuat.

d.   Memudahkan mencapai kata mufakat: Toleransi juga sangat diperlukan ketika dilakukan musyawarah untuk mencapaimufakat. Menghargai dan menghormati perbedaan pendapat orang lain akan membuat suatu masyarakat terhindar dari permusuhan dan pertikaian.

e.    Memudahkan pembangunan negara: Sikap toleransisetiap individu akan memudahkan proses pembangunan suatu negara. Hal tersebut terjadi karena adanya pemikiran bahwa perbedaan justru membuat suatu negara semakin kuat.[35]

Jurhanuddin       dan      Amirullah        Syarbini           menjelasakan   bahwa  tujuankerukunan umat beragama adalah sebagai berikut:[36]

a.    Meningkatkan keimanan dan ketakwaan   masing-masing agama. Masing-masing agama dengan adanya kenyataanagama lain, akan semakin mendoronguntuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkan ajaran- ajaran agamanya tersebut.

b.    Mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya Toleransi umat beragama secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulka akibat perpedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. apabila kehidupa beragamarukun, dan saling menghormati, maka stabilitas nasional akan terjaga.

c.    Menjunjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha pembangunan akan sukses apabiladidukung dan ditopangoleh seganap lapisanmasyarakat. Sedangkan jika umat beragama selalu bertikai dan saling menodai,tentu tidak dapa mengarahkan kegiatanuntuk mendukung sertamembantu pembangunan, bahkan dapat berakibatsebaliknya.

d.   Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila kepentingan pribadi dan golongan dapat dikurangi.

4.    Macam-Macam Toleransi Beragama

a.    Toleransi TerhadapSesama Agama.

Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan aqidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini agama masing-masing serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakini. Toleransi beragama mempunya arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuanmasing-masing yang diyakinitanpa adanya gangguanatau pemaksaan dari orang lain mapun dari keluaganya sendiri.[37]

Dalam agama telah menggariskan dua pola dasar hubungan yang harus dilaksanakan oleh pemeluknya, yaitu: hubungan secara vertikal dan hubungan secara horizontal. Yang pertama adalah hubungan antarapribadi dengan khaliknya yang direalisasikan dalam bentuk ibadah sebagaimana yang telah digariskan oleh setiap agama. Hubungan dilaksanakan secara individual, tetapi lebih diutamakan secara kolektif atau berjamaah (salat dalam Islam).Pada hubungan ini berlaku toleransi agama yang hanya terbatas ladam lingkungan atau intren suatu agama saja. Hubungan yang ke-dua adalah hubungan antara manusia dengan sesamanya. Hubungan ini tidak terbatas pada lingkungan suatu agama saja, tetapi juga berlaku pada semua orang yang tidak seagama, dalam bentuk kerjasamaterhadap masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam hal seperti inilahberlaku toleransi terhadappergaulan hidup antar umat beragama.[38]

b.    Toleransi Terhadap Non-Muslim

Keragaman adalah sunnahtullah yangtidak bisa diingkari. Allah menciptakan manusia bukan dalam keseragaman, tetapi dalam keragaman dan perbedaan, baik berbeda dalam hal suku, bangsa, bahasa, warna kulit, agama, keyakinan dan lainsebagainya. Dari perbedaan itu, Allah memerintahkan agar kita saling mengenal dan mengasihi, bukan untuk saling memusuhi. Di manapun kita berada,kita akan selalu berhadapan dengan perbedaan serta keragaman, sebagaimanusia kita tidak akan bisa mendapat kondisi yang ideal.[39]

Salah satu usaha sekaligus solusi agar perdamaiyan bisa ditegakkan, meskipun terhadap perbedaan dalam berbagai aspek, adalah dialog. Dengan dialog masyarakat bisa mempersamakan persepsi. Dengan persepsi yang sama, paling tidak dalam sebuah komunitas yang lebih kecil khususnya di grassroot gesekan- gesekan akibat perbedaan bisa diminimalisir.[40]Islam sendiri melihat perbedaan diantara manusia sebagai anugrah tuhan. Namun , perbedaan tersebut benar-benar akan menjadi rahmat apabila pihak-pihak yang berbeda pendapattetapsaling menghargai, megedepankan toleransi, tidak mengklaim kebenaran sebagai milik sendiri,serta tidak melakukanpenyesatan terhadap kelompoklain yang berbeda.

Menurut Azyumardi Azra,dalam perspektif teknologi Islam tentang kerukunan hidup antar agama, dan konsekuensinya antar umat beragama, berkaitan erat dengan dua hal, akni: Pertama, berkaitan dengan dokrin islam tentang hubungan antar sesama manusia dan hubungan antara Islam dengan agama-agama lain. Kedua, berkaitan dengan pengalaman historis manusia sendiri dalam hubungannya dengan agama-agama yang dianut oleh uamat manusia.[41]

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran masing-masing. Menurut Said Agil Husin Al Munawar ada dua macam toleransi yaitu toleransi statis dan toleransi dinamis. Toleransi statis adalah toleransidingin tidak menghasilkan kerjasama hanya bersifatteoritis. Toleransi dinamis adalah tolerani aktif melahirkan kerjasama untuk kerukunan bersama, sehingga kerukunan antar umat beragama bukan dalam bentuk teoritis tetapi sebagairefleksi dari kebersamaan umat beragama sebagaisuatu bangsa.[42]

Menurut Harun Nasution, Toleransi beragama meliputi lima hal sebagai berikut: Pertama, mencoba melihat kebenaran yang ada pada agama lain. Kedua, memperkecil perbedaan yang ada diantara agama-agama. Ketiga, menonjolkan persamaan-persamaan yang ada dalam agama-agama. Keempat, memupuk rasa persaudaraan se-Tuhan. Aratinya menjalin rasa persauraan seaqidah itu haruslah kuat dan juaga menjalin rasa persaudarann sesama manusia dengan orang yang tidak seaqidah dengan kita. Kelima, menjauhi praktik serangan-serangan antar agama.[43]

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa toleransi antar umat beragama adalah suatu sikap yang menghormati dan menghargai setiap perbedaanyang ada, baik perbedaan dari segi budaya,maupun agama. Semua umat beragama wajib untuk saling menghargai, dan menghormati. Dengan adanya sikap menghormati dan menghargai tersebut maka akan terbina kerukunan antar umat beragama.

5.    Prinsip-prinsip Toleransi Beragama

Adapun prinsip-prinsip tersebutadalah sebagai berikut:

a.         Kebebasan Beragama

Hak asasi manusisyang paling esensialdalam hidup adalah hak kemerdekaan atau kebebasan baik kebebasan untuk berfikir maupun kebebasan untuk berkehendak dan kebebasan di dalam memilih kepercayaan atau agama. Kebebasan merupakan hak yang fundamental bagi manusia sehingga hal ini dapat membedakan manusiadengan makhluk yang lainya. Yang dimaksudkan kebebasan beragam di sini yaitu bebas memilih suatu keparcayaan atau agama yang menurut mereka paling benar dan membawa keselamatan tanpa ada yang memaksa dan menghalanginya, kemerdekaan atau kebebasan sudah menjadi salah satu pilar demokrasi dari tiga pilar di dunia. Ketiga pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan, dan kebebasa.[44]

Kebebasan adalah landasan bagi semua nilai yang ada, baik yang berkaitan dengan materi,intelektual, moral maupun kehormatan[45] Kebebasanberagama atau rohani diartikan sebagai suatu ungkapan yang menunjukkan hak setiap individu dalam memilih keyakiana terhadap suatu agama.[46]

Dari penjelasan di atas penulismenyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebebasan beragama adalah kebebasan atau kemerdekaan dalam memilih dan menjalankan suatu ajaran keperayaan yang diyakini. Artinya setiap manusi memiliki hak untuk memilih keperayaan atau agama yang menurutnya baik bagi dirinya.

b.         Penghormatan dan Eksistensi Agama Lain

Etika yang harus dilaksanakan dari sikap toleransi setelah memberikan kebebasan beragamaadalah menghormati eksistensi agama lain denganpengertian menghormati keragamandan perbedaan ajaran-ajaran yang terdaat pada setiap agama dan kepercayaan yang ada, baik yang diakui negara maupun yang belum diakui oleh negara. Menghadapi realita ini setiap pemeluk agama dituntut agar senantiasa mampu menghayati sekaligus memposisikan diri dalam konteks pluralitas dengan didasari semangat saling menghormati dan menghargai eksistensi agama lain. Dalam bentuk tidak mencela atau memaksakan maupun bertindak sewenang-wenang dengan pemeluk agama lain.[47]

C.    Toleransi dalam Sejarah Madinah

Masyarakat yang dicita-citakan Islam adalah masyarakat yang damai, sejahtra,adil dan salingmenyayangi sesama manusia.Perwujudan masyarakat yang ideal telah dicontohkan oleh Nabi MuhammadSAW waktu beliaumemimpin masyarakat Madinah.[48]

Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu selanjutnya mengajarkan kepada setiap umatnyaagar bersikap seimbangyakni memperhatikan kebutuhanhidup di dunia dan akhirat,jasmani dan rohani,spritual dan material, dan seterusnya; bersikap demokratis, toleransi (tasamuh), manusiawi (memperlakukan manusiasesuai batas-batas kesanggupannya), egaliter (kesederajatan umat manusia di hadapan Tuhan),jujur, adil, solidar,terbuka dan menerima pendapat dari mana pun secara selektif (sesuai Al-Quran dan As-Sunnah), amanah dan bertanggung jawabatas segala perbuatannya. [49]

Rasulullah datang bukan untuk menyisihkan siapapun, sekalipun Yahudi. Demikian itu terbukti pada tahun kedua hijrah, ketika muncul gejala permusuhan berupa olok-olok dan ejekan segelintir Yahudi dan orang musrik kepada kaum muslimin dan Rasulullah. Sikap yang diambil Rasulullah bukanlah sikap yang gegabah, melainkan dengan sikap yang dialog, sehingga disusunlah pasal-pasal arbitrase sesuai dengan prinsip-prinsip kesukuan.[50]Perjanjian itu oleh sejarawan disebut sebagai sahifah al-madinah atau โ€œPiagam Madinahโ€. Berikut penggalan โ€œPiagam Madinahโ€ yang berkaitan dengan nilai-nilai toleransi:

Membangun mesjid, selain untuk tempat salat juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

a.    Membangun ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan muhajirin yaitu orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan Ansar, yaitu penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut mambantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian, diharapkan setiap Muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang dilakukakn Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

b.    Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang menganut agama nenekmoyang mereka.agar stabilitas masyarakat dapat di wujudkan,Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. sebuah piagam yang menjamin kebebasanberagam orang- orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggotamasyarat berkewajiban mempertahankan keamanan negri itu dari seranganluar[51]

 


 


BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bhinneka Tunggal Ika, yang terletak di Jl. Univeristas Yudharta 07 Desa Sengonagung, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni 2021.

B.     Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.[52]

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang studi pendidikan agama islam di sekolah. Dalam fase yang dilakukan dalam penelitian adalah: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection).[53]

1.      Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut:

a.       Menyusun rencana pembelajaran seperti RPP, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan yang mencakup metode pembelajaran peserta didik.

b.      Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

c.       Menyusun lembar wawancara untuk siswa dan guru pamong.

d.      Daftar pertanyaan angket minat belajar PAI siswa

2.      Tindakan (action) dan Pengamatan (observation)

a.      Tindakan (action)

Pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun.Guru mengadakan kegiatanbelajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran role playing.Dalam tahap ini guru juga memberikan angket kepada peserta didik untuk mengetahui minat belajar PAI siswa.

b.      Pengamatan (observation)

Observasi atau pengamatan yaitu alat penilaianyang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati.[54]

Observasi dilakukanuntuk mengumpulkan data informasi tentangproses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kelebihan dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnyadapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencanaulang dalam memasuki siklus selanjutnya

3.      Refleksi (reflection)

Refleksi adalah menganalisis data pada siklus I dan siklus II, melakukan evaluasitindakan yang telah dilakukan dan menarik kesimpulan. Model penelitian tindakankelas yang akan digunakan adalahsebagai berikut:[55]

Gambar 3.1

Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Tabel 3.1

Rencana dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Siklus II

Siklus I

Perencanaan

a.       Membuat RPP dan mendiskusikan dengan guru.

b.      Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

c.       Menyiapkan lembar observasi, wawancara dan angket minat belajar PAI siswa.

d.      Menyiapkan alat dokumentasi.

Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan

menerapkan metode role playing.

Pengamatan

a.       Observer mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

b.      Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan

aktivitas siswa.

Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus I, hasil penelitian siklus I dibandingkan    dengan    indikator    keberhasilan.

Apabila   indikator   keberhasilan   belum   tercapai,

maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan

hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Perencanaan

a.       Membuat RPP dan mendiskusikan dengan guru.

b.      Menyiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

c.       Menyiapkan lembar observasi, wawancara dan angket minat belajar PAI siswa.

d.      Menyiapkan alat dokumentasi.

Tindakan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan

menerapkan metode role playing.

Pengamatan

a.       Observer mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

b.      Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan

aktivitas siswa.

Refleksi

Mengevaluasi proses pembelajaran   siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah tercapai, maka

penelitian dihentikan.

 

C.    Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII O SMP Bhinneka Tunggal Ika pada semester genap tahun ajaran 2020/2021  yang berjumlah 38 orang, yang terdiri dari 38 orang siswa perempuan.

D.    Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Penulis berperan sebagai observer sekaligus guru kelas yang akan mengajarkan materi dendam dan munafik dengan menggunakan teknik role playing, dalam hal ini peneliti dibantu oleh guru PAI yang mengajar di kelas VII O. Guru PAI dalam tulisan ini akan disebut sebagai guru pamong.

E.     Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada siklus I terdapat kekurangan maka penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan, dan jika pada siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada pengembangan. Berikutdeskripsi kegiatan penelitian tindakankelas (PTK):

1.      Pra Penelitian

a.       Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepadapihak sekolah.

b.      Orientasi lapangan melaluiwawancara dengan tujuannyauntuk mengetahui kondisi pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi siswa di dalamkelas.

c.       Observasi awal terhadap proses pembelajaran di kelas dengan mengamati proses belajarmengajar, keadaan kelas, dan teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.

d.      Menganalisis hasil wawancara dengan menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti

2.      Siklus I

a.       PerencanaanTindakan

1)       Menyiapkan dan membagi materi ke dalam beberapa pertemuan pembelajaran.

2)       Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) denganmetode role playing pada materi dendam dan munafik.[56]

3)       Menyusun perlengkapan pembelajaran berupa sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

4)       Menyusun berbagaipedoman penelitian untukpengumpulan data.

b.      Pelaksanaan Tindakan

1)       Guru melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kesiapan pelaksanaan tindakan.

2)       Guru menyampaikan tujuanpembelajaran kepada siswa.

3)       Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif dengan metode role playing sesuai dengan skenario yang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c.       Pengamatan .

1)       Peneliti bersama guru pamong bekerja sama mengamati aktifitas siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ketika diterapkan metode role playing.

2)       Melakukan diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islamtentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.

d.      Refleksi

Data yang telah terkumpul pada siklus I di diskusikan bersama guru pamong, mengevaluasi tindakan penelitian yang telah dilakukan, baik itu kelemahan teknik pembelajaran, ketidaksesuaian antara tindakan dengan perencanaan pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang berbeda denganyang diharapkan.

Jika belum berhasilmaka hasil evaluasiini menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam tindakanselanjutnya.

3.      Siklus II

Tahapan kegiatan yang dilakukan pada siklus II sama seperti siklus I, hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan tindakan guna mencapai tujuan yang diinginkan

a.       PerencanaanTindakan

1)       Merencanakan strategi upaya perbaikan untuk pelaksanaan  pembelajaran pada siklus II

2)       Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode role playing pada materi dendam dan munafik.[57]

3)       Menyiapkan perlengkapan pembelajaran berupa sumber, bahan,dan alat bantu yang dibutuhkan.

4)       Menyusun berbagai pedomanpenelitian untuk pengumpulan data.

b.      PelaksanaanTindakan

1)       Guru melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kesiapan pelaksanaan tindakan

2)       Guru memberitahu siswamengenai tujuan pembelajaran..

3)       Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran aktif melalui metode role playingsesuai dengan skenarioyang telah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c.       Pengamatan

1)       Peneliti bersama guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berperan sebagaikolaborator dan observermelakukan pengamatan dengan mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas siswa yang dapat terlihat secara langsung selama proses pembelajaran berlangsung.

2)       Melakukan diskusi antara peneliti dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang kegiatanpembelajaran yang sudahberlangsung.

d.      Refleksi

Data yang terkumpul pada siklus II dianalisis dan direfleksikan kembali, dilihat apakah hasil yang diperolehtelah sesuai dengan  yang diharapkan peneliti. Dari hasil analisisdilihat seberapa besar peningkatannya.

Refleksi pada siklus II merupakan pengevaluasian minat belajar siklus II berupa angket untuk mendapatkan kesimpulan guna tercapainya pembelajaran yang aktif dan efektif.

F.     Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dari hasil diskusi dengan guru PAI disekolah, disepakat bahwa nilai KKM yang ditentukan adalah70, adapun indikatorkeberhasilannya mencapai โ‰ฅ75%. Sehinggahasil intervensi tindakanyang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya minat siswa yang rendah kearah minat siswa yang lebih tinggi yang diperolehdari rata-rata skor aktivitas belajarsiswa, ketika menggunakan metode role playing, pada saat observasisedang berlangsung, berikutini kategori-kategori yang tercantum dalam tabel:

Table 3.2

Kategori aktivitas belajar siswa[58]

Kategori

Deskripsi

Kurang aktif

Persentase tolerasnsi siswa mencapai โ‰ค60%

Cukup aktif

Persentase tolerasnsi siswa mencapai 60% – 75%

Aktif

Persentase tolerasnsi siswa mencapai 75% – 99%

Sangat aktif

Persentase tolerasnsi siswa mencapai 100%

(Sumber: Syaiful Bahri Djamarah, 2010)

Indikator keberhasilan kinerja aktivitas belajar pendidikan agama Islam siswa pada saat observasi dan menggunakan metode role playing yang ditetapkan yakni sebesar โ‰ฅ75%. Hal ini jika dibandingkan dengan tabel kategoriaktivitas belajar maka berada pada rentang batas bawah kategori aktif.

G.    Data dan Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa kelas VII O SMP Bhinneka Tunggal Ika Tahun ajaran 2020/2021. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa peningkatan minat belajar siswa pada, lembar observasi, dan lembar wawancaraserta pada hasil angket minat belajar siswa.

H.    Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, dan angket minat belajar. Berikutpenjelasan masing-masingnya:

1.      Lembar Observasi

Pada pra siklus observasi, terlebihdulu peneliti melakukan pengecekan terhadap data-datayang diperlukan, seperti:ruangan yang akan dijadikan tempat untuk melakukan drama, atau cukup tidaknya kelas tersebut jika dijadikan tempat untuk melaksanakan metode bermain peran (role playing), selain itu, peneliti juga mengecek jumlah dan keberadaan siswa tersebut, agar bisa berjalandengan baik pelaksanaan metode role playing.[59]

Pedoman observasi untuk mengukur aktivitaspembelajaran siswa selama melakukan metode role playing. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat sepertiyang lazim dilakukan. Indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam proses belajarmengajar menurut Paul B. Diedrich,sebagaimana yang dikutipoleh Sardiman, yaitu:

a.    Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities), seperti:membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, mengamati orang lain.

b.    Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities), seperti:mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi.

c.    Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening activities), seperti: mendengarkan penyajibahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d.   Kegiatan-kegiatan menulis(Writing activities), seperti: menuliscerita, menulis laporan,karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, angket.

e.    Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities), seperti: menggambar, membuatgrafik, diagram, peta, dan pola.

f.     Kegiatan metrik (Motor activities), seperti:melakukan percobaan, membuatkonstruksi, beternak, dan berkebun.

g.    Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities), seperti:mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihathubungan, dan membuatkeputusan.

h.    Kegiatan-kegiatan emosional(Emotional activities), seperti: menaruhminat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup.9

Semua itu merupakanaktifitas siswa selama pembelajaran untuk observasi dengan metode role playing, tidak semua aktifitas dilakukan, hanya ada beberapa yang termasuk kedalam aktivitas tersebut. Berikut kisi-kisi instrument aktivitassiswa.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi instrument aktifitas belajar siswa Melalui metode role playing pada pembelajaran pendidikan agama Islam

No

Indikator

Butir-butir

pernyataan

Deskriptor

No

butir

1

Visual activities

Mengamati    orang lain

ยง  Mengamati cerita yang sedang berlangsung

ยง  Tidak gaduh saat peran sedang belansung

1

2

Oral activities

Mengemukakan

pendapat

ยง  Diskus dalam memberikan saran dan penilaian peran

2

3

Writing activities

Menulis cerita

ยง  Penulisan dialog

3

4

Emotional activities

Ekspresi wajah

ยง  Berani tampil didepan

ยง  Senang dalam memainkan peran

ยง  Kesesuian antara ekspresi wajah dan dialog

4

5

Mental activities

Kerjasama tim

ยง  Adanya saling kerjasama

dalam satu kelompok

5

Tabel 3.4.

Kisi-kisi instrument aktivitas guru Melalui metode role playing pada pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI)

Dimensi

Aspek pengamatan

No butir

Aktivitas Guru

Membuat perencanaan

1

Mengelola ruang fasilitas pembelajaran

2

Membuka pelajaran dengan apersepsi

3

Memotivasi siswa

4, 10

Membimbing siswa dalam melakukan segala hal

5, 6, 7, 8, 9

Memberi tugas atau pekerjaan rumah

11,

Menggunakan metode role playing dan sumber

pembelajaran yang mendukung

12, 13, 14,

15

Penggunaan alokasi waktu yang cukup

16

Adanya interaksi guru dengan siswa

17

Menciptakan pembelajaran yang enyenangkan

18

Melaksanakan penilaian

19, 20

Tabel 3.5.

Kisi-Kisi Penskoran Instrumen Aktivitas Toleransi PAI

Alternatif Pengamatan

Skor

Tidak pernah

1

Kadang-kadang

2

Pernah

3

Sering

4

Selalu

5

 


 

Tabel 3.6.

Kisi-Kisi Penskoran Instrumen Toleransi PAI

(Untuk pertanyaan yang bersifat negatif)

Alternatif Pengamatan

Skor

Tidak pernah

5

Kadang-kadang

4

Pernah

3

Sering

2

Selalu

1

2.      Catatan tindakan penelitian

Catatan tertulis tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, atau ketika melakukanobservasi, dan juga catatan evaluasi tindakan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan tindakanpenelitian telah sesuaidengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan, dan hal-hal lain yang terjadiselama pelaksanaan tindakanpenelitian berlangsung. Sehinggadapat memperbaiki tindakanselanjutnya.

3.      Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengetahui pendapat, keinginan dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa, yaitu dengan caramengajukan pertanyaan kepada responden/siswa dan dijawab secara lisan.[60]

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan dan kesan guru atau subyek terhadap kegiatantindakan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancarajuga digunakan untukmengetahui gambaran umum proses pembelajaran dan masalah-masalah pada tindakan siklus I dan siklus II.

4.      Angket Minat Belajar

Angket minat belajaradalah skor yang diperoleh siswa pada saat mengisi angket tentang minat belajar yang didalamnya memuat indikator- indikator yang berhubungan dengan metode role playing yang digunakan dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Pengukurannya menggunakan skala likert sebanyak 30 butir pernyataan dengan rentan 1-4. Skor 4-1 untuk pernyataan positif, kemudian 1-4 untuk pernyataan negatif.

Tabel 3.7

Alternative jawaban

Pilihan Jawaban

Bobot Skor

Pernyataan Positif

Bobot Skor

Pernyataan Negatif

SL    : Selalu

4

1

SR    : Sering

3

2

P       : Pernah

2

3

TP     : Tidak pernah

1

4

 

Tabel 3.8

Kisi-kisi angket

Variabel

Dimensi

Indikator

No item

Jumlah

item

Minat

belajar

siswa

Perasaan senang

Senang atau tidak senang

1, 22

2

dengan pelajaran

 

 

Merasa bosan

2, 5, 19

3

Semangat atau siap

15, 27

2

mengikuti pelajaran

 

 

Kehadiran

25

1

Mengerjakan tugas/PR

7, 16

2

Perhatian dalam

belajar

Memperhatikan atau tidak

3, 26

2

memperhatikan guru

 

 

Mengulang pelajaran

6

1

Mencatat/merangkum

9

1

pelajaran

 

 

Kemauan atau perhatian

8, 20, 21,

5

dalam belajar PAI

24, 29

 

Bahan pelajaran

dan sikap guru

Mempunyai, membawa,

4, 10, 11,

5

membaca, buku-buku PAI

12, 17

 

Aktif pada saat belajar

14, 18, 23

3

/PAI

 

 

Mudah dalam memahami

28

1

pelajaran

 

 

Adanya manfaat

atau fungsi

pelajaran

Mempraktekkan dalam

13

1

kehidupan sehari-hari

 

 

Kegunaan pelajaran PAI

30

1

I.       Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.9

Tabel 3.9

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

No

Instrumen

Teknik Pengumpulan Data

1

Lembar Observasi

Pengisian lembar observasi siswa berupa aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode role playing.

2

Pedoman Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada guru pamong dan siswa, wawancara dilakukan pada saat pra penelitian dan di akhir penelitian.

3

Angket nilai toleransi

Angket diberikan pada saat pra siklus, siklus I dan diakhir siklus II.

4

Cacatan tindakan penelitian

Berisi tentang segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran ketika melakukan observasi, juga catatan evaluasi tindakan penelitian untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan tindakan penelitian telah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan

J.      Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Instrumen yang akan mengukur minat belajar PAI siswa adalah instrumen aktivitas belajar PAI berupa data dari hasil observasi dengan menggunakan metode role playing, instrumen catatan tindakan penelitian maupun catatan evaluasi tindakan penelitian, pedoman wawancara terhadap subjek penelitian.   Serta   angket   minat   belajar   PAI   siswa.   Teknik   pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan terhadap data minat belajar PAI siswa ini adalah dengan menggunakan metode triangulasi.

Triangulasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan. Adapun tindakan yang dilakukan adalah:

1.  Pengambilan data dari narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa.

2.  Penggunaan alat atau instrumen agar data terkumpul lebih akurat. Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi dan pedoman wawancara serta pengisian angket minat belajar PAI siswa pada pra siklus, akhir siklus I dan diakhir siklus II.

3.  Penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, wawancara, dan pengambilan gambar dalam bentuk foto.

4.  Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan- kejanggalan, keaslian maupun kelengkapan.

5.  Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K.    Analisis Data dan Interpretasi Data

Setelah data-data penelitian yang dihasilkan terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan dan keabsahan data-data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut.

1.  Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data angket skor minat belajar PAI siswa pada saat pra siklus, siklus I dan diakhir siklus II. Data tersebut penulis sajikan ke dalam bentuk tabel, daigram batang (grafik), kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata (ukuran pemusatan data), nilai tertinggi, nilai terendah.

2.  Teknik Analisis Data Kualitatif

Data kualitataif berupa data aktivitas belajar PAI siswa yang diperoleh dari instrumen catatan observasi aktivitas belajar PAI, catatan evaluasi tindakan penelitian, catatan tindakan penelitian, dan hasil wawancara peneliti, terhadap subjek penelitian. Data dianalisis secara kualitatif dengan proses koding untuk mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data dan mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu kesimpulan.

L.     Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah melakukan tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan minat belajar PAI siswa maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sesuai dengan tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini berakhir jika pencapaian indikator minat belajar PAI siswa telah tercapai dari hasil minat belajar siswa yang rendah kearah minat belajar siswa yang tinggi dengan hasil angket yang diberikan dan juga aktivitas belajar siswa menjadi lebih aktif. Sedangkan untuk keberhasilan penggunaan metode role playing itu sendiri adalah kesesuaian penggunaan metode role playing dengan tahapan-tahapan yang ada. Melalui siklus II penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan hasil tercapai, maka penelitian akan diakhiri.


 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Abdullah, M. K. kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Jakarta: Sandro Jaya Abrar, Abdurrahman. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT Tiara Kencana,1993. Ahmadi,Abu. Teknik Belajar yang Efektif, Jakarta: PT Rineke Cipta 1991.

Ahmad, Iif Khoiru. dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya, 2011.

Azhari, Akyas. Psikologi Pendidikan, Semarang: Dina Utama, 1996

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta:PT Rineka Cipta.

Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa,Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Djamarah. Bahri. Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RinekeCipta, 2006.

Fathurrohman.Pupuh. dan M. Sobry Sutikno,Strategi Belajar Mengajar MelaluiKonsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2010.

Hamalik, Oemar. Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.

H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology: Ginn and Company oleh M. Buchori, Jakarta: Aksara Baru, 1978.

K. N. Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Kurnianto, Rido. PenelitianTindakan Kelas, Jakarta:Learning Assistance

Program for Islamic Schools, 2009.

Rustaman, Y. Nuryani.dkk, Strategi Belajar MengajarBiologi, Malang: UM Press, 2005.

Sabri, Alisuf.Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Sardiman, Interaksidan Motivasi BelajarMengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta: Kencana, 2007.


Sarwono WirawanSarlito., Pengantar Umum Psikologi, Jakarta:Bulan Bintang, 2000.

Shaleh, Rahman. Abdul . Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

S, Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Suriasumantri, S. Jujun. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Uno, B. Hamzah. Model Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.

Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Usman, Uzer. dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT Rosda Karya 1993.

Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004.

Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004.

Zaini, Hisyam. Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008.

Z. Zurinal. dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.



[1] Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h. 97.

[2] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2011), Cet. VII, h.2- 3.

 

[3] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah PengantarPopuler, (Jakarta: PustakaSinar Harapan, 1990), Cet. VI, h. 119.

[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. X, h. 126.

[5] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umumdan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama,2010), Cet. I, h. 15.

[6] Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008), h. 98.

[7] Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Gaung Persada Press,2004), cet. 2, h. 76.

[8] Nuryani Y. Rustaman, dkk, Strategi Belajar MengajarBiologi, (Malang: UM Press, 2005),h. 109

[9] Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),Cet. I, h. 5.

[10] http://portalnyapendidikan.blogspot.com/2020/03/metode-bermain-peran.html, diakses di Purwosari, 11 Maret 2021.

[11] Iif Khoiru Ahmad,dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya, 2011), Cet. I, h. 34

[12] Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I,h. 126.

[13] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2007),h. 26

[14] Oemar Hamalik, Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), Cet. II,h. 199

[15] Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2008), cet. VII,  h 93

[16] Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain, StrategiBelajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2006),Cet. 3, h.89-90

[17] Basyiruddin Usman, MetodologiPembelajaran Agama Islamโ€ฆโ€ฆ, h. 51-52.

[18] Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain, Strategi BelajarMengajar        , h. 90

[19] Iif Khoiru Ahmadi,dkk, Strategi Pembelajaran berorientasi KTSP, (Jakarta: PrestasiPustaka, 2011), cet. 1, hal. 34

[20] Zurinal Z dan Wahdi Sayuti,Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, hal. 127

[21] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 26-28

[22] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesi, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), h. 1204.

[23] Said Agil Husin Al Munawar,Fikih Hubungan Antar Agama, (Ciputat: Ciputat Press,2005), h. 12

[24] Rahmat, Tinjauan Multikultural…, h. 64.

[25] Edi Setyawati, Kebudayaan di Nusantara..., h. 16.

[26] Anshori, Transformasi Pendidikan Islam, (Jakarta: GP Press 2010), h. 152.

[27] Fathurrohman, Aswaja NU dan Toleransi Umat Beragama, Jurnal Review Politik Vol. 02 No. 01 (Juni 2012), h. 38.

[28] Umar Hasyim, Toleransidan…, h. 22.

[29] Novan Ardy Wiyani,โ€œPendidikan Agama Islam BerbasisKarakterโ€, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 183.

[30] Bahari, โ€œToleransiBeragama Mahasiwaโ€, (Jakarta: Maloho Abadi Press, 2010), h. 50.

[31] Pasuardi Suparlan, Pembentukan karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 78

[32] Ahwan Fanani, โ€œHubungan Antar Umat Beragama dalam Perspektif Lembaga

Organisasi Keagamaan (Islam)โ€, (Semarang: PUSLIT IAIN Walisongo, 2010 ), h. 1.

[33] Said Agil HusinAl Munawar, Fikih Hubungan..., h. 22

[34] Said Agil Husin AlMunawar, Fikih Hubungan..., h. 14

[36] Amirullah Syarbini, dkk., Al-Qurโ€™andan Kerukunan Hidup Umat Beragama, (Bandung: Quanta, 2011), h. 102-129.

[37] Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama..., h. 13.

[38] Said Agil Husin AlMunawar, Fikih Hubunga..., h. 13.

[39] Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama..., h. 78-79.

[40] Tirmizi Taher, Berislam Secara Moderat, (Jakarta:Garafindo Khazanah Ilmu, 2007), h.190-197

[41] Azyumardi Azra, BingkaiTeknologi Kerukunan Hidup Antarumat Beragama:Perspektif Islam, (Jakarta:Gunung Mulia, 2006), h 92.

[42] Said Agil HusinAl Munawar, Fikih Hubungan…, h. 16.

[43] Dyayadi, Kamus lengkap Islamologi, (Yogyakarta: Qiyas, 2009), h. 614.

[44] Marcel A. Boisard,Humanisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1980), h. 22.

[45] Adnan, Islam Sosialis Pemikiran Sistem Ekonomi Sosial Religius, (Yogyakarta: Menara Jogja,2003), h. 43

[46] Abd, Al Muโ€™tal As Saidi, Kebebasan Berfikir dalam Islam, (Yogyakarta: Adi Wacana, 1999),h. 4

[47] Ruslani, โ€œMasyarakat Dialog Antar Agama, studi atas Pemikiran Muhammad Arkoun),

(Yogyakarta: Yayasan Bintang Budaya, 2000), h. 169

[48] Somad, dkk., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Universitas Trisakti, 2007), h. 152

[49] Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,2010), h. 34

[50] Lesley Hazleton, Muslim Pertama, (Chiputat: Pustaka Alfabet,2013, terj: Adi Toha 2010),h. 200

[51] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah IslamiahII, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 26

[52] Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008),  h.58

[53] Rido Kurnianto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Learning Assistance Program for Islamic Schools, 2009),  h. 12

[54] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 16, hal. 84

[55] Rido Kurnianto, Penelitian TindakanKelas, (Jakarta: LearningAssistance Program for Islamic Schools, 2009),  h. 20

[56] Lihat lampiran 1-4, hal. 99-137

[57] Lihat lampiran 1-4, hal.99-137

[58] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. IV, h. 107

[59] Selasa, 29 April 2014, Pukul 09.00 Sampai dengan Selesai

[60] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2011), cet. 16, hal 67-68

Search

About

SMK Darut Taqwa Purwosari

SMK Pusat Keunggulan Berbasis Pesantren dan School Religious Culture

Gallery